Judul diatas haruslah dicerna dalam ranah konotasi. Penangkapan dalam konteks denotasi akan menimbulkan kesan negatif akan adanya ketidaksengajaan tidak mengingat ulang tahun seorang teman. Lupa akan ulang tahun seseorang apa lagi teman dalam konteks masa kini adalah sebuah “soft little crime” apa lagi dengan adanya situs jejaring social facebook yang mengingatkan kita siapa saja yang berulang tahun setiap harinya. Walaupun itu bukan sebuah generalisasi tapi setidaknya hal tersebut diyakini oleh sejumlah orang. Ada beberapa orang yang merasa kurang dihargai ketika tidak mendapat ucapan dari seorang teman. Aneh juga ya kebahagiaan kita ditentukan oleh sebuah ucapan selamat ulang tahun?????? Sebaliknya dari segi konotasi menunjukkan adanya unsur kesengajaan untuk melupakan seorang teman. Sekarang yang menjadi pertanyaan apakah dengan sengaja melupakan ulang tahun seorang teman adalah “shoft little crime”???? Note ini sedikit akan membahas suatu pengalaman akan fenomena ulang tahun…
Beberapa tahun silam, seminggu sebelum ulang tahun seorang teman, saya terpikir untuk sengaja lupa akan ulang tahun seorang teman tersebut. Hal ini kulakukan dengan beberapa alasan diantaranya: untuk melihat seberapa dewasa pemikiran seorang teman tersebut, sekaligus untuk melihat bagaimana dia melihat fenomena ulang tahun. Wah secara etis hal ini sulit kulakukan apa lagi saya sudah mengenal seorang teman tersebut hampir satu dekade. Tapi pembelajaran yang kudapatkan dari hal pasti jauh lebih baik, toh tahun depan masih bisa ngucapin ultah lagi kan.
Tibalah malam sebelum ulang tahun, saya dan teman tersebut saling mengirim sms berbicara tentang suatu pengalaman lucu ketika SMP dulu. Hahahha lucu rasanya mengingat kembali pengalamn ketika SMP tersebut. Tibalah di hari ulang tahunnya tapi sedikitpun saya tidak mengirim ucapan seperti yang telah kurencanakan. Sejak peristiwa itu hampir sebulan tidak ada komunikasi dengan teman tersebut. Sampai suatu waktu yang cukup lama saya bertemu dengan sang teman tersebut dan mengajaknya bercerita tapi responnya menunjukkan dia antara marah dengan tidak ke saya. Dia nampak marah karena dari segala macam body language yang ia perlihatkan menunjukkan suatu sikap kurang enak tapi toh kesediaanya untuk merespon tuk bercerita bisa menunjukkan ia tidak marah walaupun sangat sarat akan pesan adanya sesuatu diantara kami..hahahahah segera saya tahu apa itu. Tapi tetap saya tidak akan menjelaskan tentang fenomena “lupa” ultah tersebut dengan alasan dia bisa mengambil pelajaran dari hal itu dengan sendirinya.
Suatu waktu sang teman tersebut kuajak ke rumah tuk melihat beberapa koleksi buku milik saya (dengan perasaan yang masih mengganjal, ketidaknyamanannya dikarenakan “lupa” ultah tersebut) dan tidak sengaja dia melihat catatan agenda harian saya di meja belajar ketika saya sedang keluar untuk membeli minum dan cemilan. Dalam agendaku dia melihat sebuah agenda saya tepat dihari ulang tahunnya beberapa waktu silam, di situ terlulis “ulang tahun ….. yang ke ….” Saya punya kebiasaan menulis status sebuah agenda harian tepat disebelah agenda tersebut. Di mana status dari agenda “ulang tahun…yang ke…” tersebut tertulis dgn status “done” dengan sedikit catatan dibawahnya “tahun ini saya hanya mengirimkan doa ihklas dari dalam hati buat temanku ini semoga Allah slalu mencurahkan rahmatNYA kepada …..”. Segera saya selesai membuat minum untuknya kok tiba-tiba expresinya berubah 360 derajat. Awalnya saya bingung kok dia tiba-tiba seceriah sebelum hari ulang tahunnya wkt itu. Tapi akhirnya saya ketahui setelah melihat buku agendaku terbuka diatas meja…hahahhaha suatu pengalaman aneh skaligus sarat akan pembelajaran.
Segera dia minta maaf ke saya krn telah berburuk sangka kepada saya (krn berfikir saya telah “lupa” akan ultahnya) tapi toh saya tidak melupakannya sama skali. Dia sadar bahwa kebahagiaan di hari ulang tahunnya sangat ditentukan oleh berapa banyak orang yang mengucapkan “happy bday”. Maklum menurutnya di waktu ultahnya dia hanya mendapatkan sedikit ucapan selamat. Dengan segera ia berfikir bahwa sebagian besar orang lupa padanya. Suatu pola fikir aneh yang menggantungkan kebahagiaan hanya pada ucapan “selamat ulang tahun”. Trus kutanya padanya “apa km yakin orang yg tidak mengucapkan selamat wkt itu tidak sama skali mendoakan km walaupun tanpa ucapan “happy bday”????? segera mukannya memerah dan tidak tahu mau bilang apa..???????
Intinya jangan pernah berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seseorang. Kalo kepada sesama manusia sj kita harus berbaik sangka, apalagi kepada Tuhan…. sekian..wassalam..
Salam Hangat,
Haeril Halim. Hasanuddin University Alum. ‘10 Grantee IELSP batch VI priode juni-agustus 2009 Ohio University, Athens, Ohio, U.S.